您的当前位置:首页 > 综合 > Perjalanan Berdiri dan Tumbangnya Jamu Nyonya Meneer hingga Peluang untuk Kembali 正文
时间:2025-05-24 19:53:03 来源:网络整理 编辑:综合
Warta Ekonomi, Jakarta - Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, warisan budaya seperti quickq会员共享
Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, warisan budaya seperti jamu tradisional tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Salah satu nama besar yang tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang dunia jamu adalah Nyonya Meneer, sebuah merek legendaris yang lahir dari tangan seorang perempuan visioner, Lauw Ping Nio.
Lahir pada tahun 1895 di Sidoarjo, Jawa Timur, Lauw Ping Nio merupakan perempuan keturunan Tionghoa yang sejak muda sudah terbiasa dengan pengobatan tradisional. Ia belajar banyak dari ibunya mengenai tanaman obat dan perawatan rumah tangga. Ketika menikah dengan Ong Bian Wan dan pindah ke Semarang di awal 1900-an, kehidupannya berubah arah saat sang suami jatuh sakit. Pengobatan medis tak kunjung membawa hasil, dan dari sinilah titik balik terjadi.
Dengan bekal ilmu tradisional yang diwarisi dari ibunya, Ping Nio meracik jamu sendiri untuk sang suami. Tak disangka, sang suami sembuh. Keberhasilan itu menjadi momen penting yang membangkitkan semangatnya untuk membantu lebih banyak orang melalui racikan jamu alami.
Nama "Meneer" berasal dari kata "menir", yaitu sisa butiran padi halus yang diidamkan ibunya saat mengandung, dan berubah menjadi "Meneer" karena pengaruh ejaan Belanda. Sejak saat itu, ia lebih dikenal dengan nama Nyonya Meneer.
Berawal dari dapur rumahnya, Nyonya Meneer mulai memproduksi jamu secara manual dan memasarkan langsung kepada tetangga dan kerabat. Ia memanfaatkan perabotan rumah tangga sederhana, tetapi berkat ketelatenannya dan kepercayaan masyarakat, bisnisnya berkembang pesat.
Pada tahun 1919, ia membuka toko dan pabrik jamu pertamanya di Jalan Pedamaran, Semarang. Produk-produknya seperti Galian Putri, Jamu Sariawan, Amurat, Pria Sehat, Gadis Remaja, hingga Minyak Telon menjadi andalan masyarakat. Salah satu inovasi penting adalah mencantumkan potret dirinya di kemasan jamu sebagai strategi personalisasi yang membangun kedekatan emosional dengan konsumen.
Baca Juga: Cerita Wang Ning Pendiri Pop Mart, Sukses Lewat Labubu hingga jadi Miliarder Termuda di China
Seiring waktu, bisnisnya berkembang menjadi industri besar. Pada tahun 1940, anak perempuannya, Nonnie, membuka cabang toko jamu di Pasar Baru, Jakarta. Produk Nyonya Meneer pun semakin dikenal secara nasional dan bahkan merambah pasar internasional seperti Amerika Serikat, Taiwan, Belanda, Malaysia, Brunei, dan Australia.
Setelah wafatnya Nyonya Meneer pada tahun 1978, tongkat estafet perusahaan diteruskan oleh anak-anak dan cucunya. Sayangnya, konflik internal di antara generasi ketiga menyebabkan perpecahan dalam kepemimpinan. Pada tahun 2000, Charles Saerang, salah satu cucu, mengambil alih kendali penuh perusahaan.
Meski sempat berjaya, PT Nyonya Meneer menghadapi tantangan finansial serius. Hingga pada 3 Agustus 2017, perusahaan resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang karena tidak mampu membayar utang sebesar Rp252 miliar. Ini menjadi akhir yang menyedihkan bagi salah satu ikon industri herbal tanah air.
Namun, semangat untuk menjaga warisan tetap menyala. Museum Jamu Nyonya Meneer yang didirikan pada tahun 1984 di Semarang menjadi bukti nyata dedikasi terhadap pelestarian budaya. Bahkan, pada tahun 2020, perusahaan baru bernama PT Bhumi Empon Mustiko, hasil kerja sama antara keturunan Nyonya Meneer dan Ahabe Group, mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi sebagian merek dagang Nyonya Meneer untuk menghidupkan kembali kejayaan jamu tradisional.
Anies Gak Transparan Soal Anggaran, Tito Diminta Jatuhkan Kartu Kuning, Kemendagri Kasih Alasannya..2025-05-24 19:14
Bawa Update Soal Asuransi MBG, Bos OJK : Ada Peluang Libatkan Swasta2025-05-24 18:48
Hubungan Ekonomi Tumbuh Signifikan, RI Buka Peluang Investasi Pebisnis Thailand di Sektor Unggulan2025-05-24 18:42
FOTO: Kontes Binaraga Antar Buruh Pabrik Genteng di Jatiwangi2025-05-24 18:41
Kemendag Akan Terapkan Bea Impor 200 Persen, Kemenperin Beri Klarifikasi2025-05-24 18:15
Benarkah Pelaku Penembakan 2 Warga Tamansari Dilakukan Kelompok Gangster? Ini Kata Polisi2025-05-24 17:44
Perkuat Pasokan Industri dan Listrik, PHE Teken 10 Kontrak Gas2025-05-24 17:44
Papua Dipilih Jadi Basis AI Nasional, Ini Kata Meutya Hafid2025-05-24 17:20
Menlu Retno Telepon Menlu Iran, Saudi hingga AS, Minta Tahan Diri dan Deeskalasi2025-05-24 17:17
FOTO: Kontes Binaraga Antar Buruh Pabrik Genteng di Jatiwangi2025-05-24 17:10
5 Rekomendasi Sarapan untuk Penderita Batu Ginjal2025-05-24 19:31
Sinergi Jadi Kunci Transformasi Ekonomi di Tengah Ancaman Deindustrialisasi dan Minimnya Inovasi2025-05-24 19:16
Danantara Bakal Suntikan Modal ke Garuda Indonesia, Pakar: Solusi atau Blunder?2025-05-24 19:02
Pelantikan Paus Leo XIV Simbol Harapan Baru Keadilan Ekonomi yang Diperjuangkan Koperasi2025-05-24 18:39
Sekjen PDIP Singgung Pemerintahan Ngemis Investor Untuk Pembangunan IKN2025-05-24 18:39
Semangat Kebangkitan Nasional: Dari Semangat Budi Utomo ke Pengembangan Pusat Keunggulan AI2025-05-24 18:20
5 Air Rebusan untuk Redakan Sakit Kepala, Cenat2025-05-24 17:46
Imbas Perang Tarif, Pabrikan China dan Eropa Mau Berinvestasi ke Indonesia, Berapa Nilainya?2025-05-24 17:39
Perkara PLTU Riau2025-05-24 17:36
Di Muka Majelis Hakim, Edhy Prabowo Masih Pede Pamer Prestasi saat Jadi Menteri2025-05-24 17:17